Menurut ahli andrologi dan seksologi, Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila, hubungan seksual selama hamil tetap boleh dilakukan. "Tapi, pada tiga bulan pertama kehamilan, sebaiknya frekuensi hubungan seksual tak dilakukan sekerap seperti biasanya," ujar peneliti di bidang reproduksi dan seksualiti manusia ini. Pasalnya, jika hubungan seksual dipaksakan pada masa tiga bulan pertama usia kehamilan, dibimbangkan terjadi keguguran spontan.
Selain tiga bulan pertama kehamilan, pasangan sebaiknya juga lebih berhati-hati dalam melakukan hubungan seksual pada saat tiga bulan menjelang waktu melahirkan. Sebab, menurut Wimpie, dikhuatirkan terjadi kelahiran awal.
Menurut Wimpie lagi, keguguran disebabkan banyak hal. Misal, kerana trauma pada perut, penyakit, atau kerana hal-hal ringan seperti nutrisi yang kurang bagus. Selain itu, keguguran juga terjadi akibat kekejangan otot rahim. Nah, kekejangan otot rahim terjadi misalnya kerana jatuh. Selain itu, kekejangan otot rahim juga boleh terjadi kerana hubungan seksual.
"Pada saat wanita mencapai orgasme, terjadi kekejangan pada otot seluruh tubuh, termasuk otot rahim. Nah, kekejangan otot rahim yang terlalu kuat inilah yang mengakibatkan keguguran. Tak ramai, wanita yang tengah hamil mengalami perdarahan setelah berhubungan badan," jelasnya.
Lebih jauh dijelaskan Dr. Judi Januadi Endjun, "Di dalam pembuluh rahim terdapat pembuluh darah yang masuk ke ari-ari. Pembuluh darah inilah yang membekalkan oksigen ke bayi. Nah, pada saat wanita orgasme, pembuluh darah ini tersepit. Akibatnya, dikhuatirkan bekalan oksigen ke bayi akan lambat." Tapi, lanjutnya, selama hubungan yang terjadi tak berkepanjangan, tak ada yang perlu dibimbangkan.
Kerana itulah, wanita yang pernah mengalami keguguran juga disarankan untuk lebih hati-hati melakukan hubungan seksual saat hamil. "Bahkan, kalau mungkin dihindari," saran Wimpie.
Yang perlu diperhatikan oleh pasangan suami-istri ialah hubungan seksual tak boleh dilakukan hanya demi kepentingan salah satu pihak. Entah itu pihak suami maupun pihak istri semata. Dengan begitu, penting bagi pasangan untuk mengatur bila saat berhubungan seksual. Dengan kata lain, disesuaikan mengikut keadaan pasangan.
Saat istri hamil, tentu yang lebih difikirkan adalah keadaan pihak wanita. Suami harus menyedari, wanita juga memiliki dorongan seksual. Suami juga sebaiknya tahu, saat hamil, wanita merasakan beban. Beban ini mengakibatkan dua hal. Mungkin saja beban itu mampu mengurangi dorongan seksual atau justru malah meningkatkan dorongan seksualnya.
Biasanya, saat hamil muda, sebagian wanita akan kehilangan dorongan seksualnya. Khususnya bagi wanita yang s hamil muda mengalami efek samping kehamilan, seperti muntah-muntah berlebihan, tak ada nafsu makan atau tekanan darah yang meningkat. Nah, biasanya dalam keadaan seperti itu, dorongan seksual wanita akan kurang.
Tapi, pada sebagian wanita yang lain, dorongan seksualnya justru meningkat saat usia kehamilan muda. Ini biasanya dialami wanita yang tetap sihat dan tak mengalami efek kehamilan seperti yang dialami sebagian wanita hamil lain.
Selama keadaan mereka sihat, tak mengalami muntah-muntah, nafsu makan baik, dan tekanan darahnya normal, dorongan seks wanita hamil biasanya akan tetap atau bahkan meningkat. Peningkatan dorongan seksual ini terjadi kerana aliran darah ke vagina semakin banyak, sehingga wanita merasakan kehangatan di vaginanya.
No comments:
Post a Comment