Social Icons

twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

Sunday 9 September 2012

Isteri pura-pura puas demi suami


Dalam istilah seks, sering kita dengar fake orgasm atau berpura-pura mengalami orgasme/puas, padahal sebenarnya tak merasakan kepuasan tersebut. Perilaku ini kerap ditunjukkan seseorang saat berhubungan intim dengan maksud menyenangkan atau menambah kepercayaan pasangannya.

Fakta membuktikan bahwa orgasme palsu banyak dilakukan kaum hawa demi menyenangkan pasangannya. Wanita kadang2 harus berpura-pura mencapai orgasme, padahal sebenarnya mereka tidak mengalaminya atau bahkan tidak menikmati seks itu sendiri kerana pelbagai faktor, seperti disfungsi seksual, baik pada lelaki maupun wanita.

Suatu penelitian menyatakan, orgasme palsu sering dilakukan kerana 90 % wanita menilai kaum lelaki tak dapat membezakan orgasme yang palsu dan asli. Wanita juga terpaksa melakukan orgasme palsu supaya tak menyinggung atau mengecewakan pasangannya meski dalam hatinya mereka tidak puas.

Di mata psikologi yang mendalami permasalahan seksual, Zoya Dianaesthika Jusung, berpura-pura merasakan orgasme adalah tindakan yang sungguh merugikan, terutama bagi wanita. Dengan orgasme palsu, tujuan mencapai seks yang berkualiti dan memuaskan kedua belah pihak justru makin sukar tercapai.

"Wanita yang melakukan fake orgasm akan rugi sendiri. Berpura-pura orgasme ertinya, selain menipu dirinya, dia juga telah menipu pasangannya. Banyak wanita yang merasa dengan tidak melakukan fake orgasm akan menambah kepercayaan diri pasangannya, padahal sebenarnya tidak," ungkap konsultan seks dari Lembaga Penelitian Psikologi, Fakulti Psikologi Universiti Indonesia itu.

Kes orgasme palsu di antaranya sering ditemukan pada wanita yang memiliki pasangan pengidap disfungsi ereksi (DE). Bukan rahsia lagi bila problem ereksi menyebabkan wanita menjadi sukar puas sehingga untuk menghindari rasa tersinggung saat beraksi di ranjang, wanita harus berpura-pura orgasme dan menyimpan rahsia ini dalam hatinya.

Zoya menyarankan, tindakan berpura-pura orgasme sebaiknya dihindari dan diganti dengan pendekatan yang lebih intim melalui komunikasi dan keterbukaan dengan pasangan. Dalam membicarakan perihal seks, baik lelaki maupun wanita sebaiknya menyampaikannya dengan cara berhemah, tidak saling menyinggung atau menyakiti satu sama lain.

"Cara penyampaian yang tidak menyakiti ini sangat penting. Misalnya, jangan sampai (seorang wanita) berkata, 'Ah, kamu lemah sekali !'. Nanti, si lelaki akan semakin lemah," ujarnya.

Supaya sama-sama menemukan kenikmatan dalam seks, pasangan dapat saling membimbing ke arah yang diinginkan dan mengutarakan bagaimana sebaiknya hubungan seks dilakukan. "Misalnya, mengatakan, 'Ok that's right sebelah sini! That's good, keep continue doing this'. Itu akan membantu si lelaki dan wanita untuk mendapatkan kepuasan," tambahnya.

Ada baiknya pula, setiap pasangan menggunakan masa afterplay atau sesaat setelah aktiviti seks untuk dijadikan kesempatan berkomunikasi. "Saat afterplay dimanfaatkan untuk saling terbuka mengenai pengalaman seksual yang baru terjadi. Dan, bagi para wanita, jangan merasa malu untuk mengungkapkan apa yang dirasakan saat berhubungan dan apakah Anda mencapai orgasme atau tidak," ujarnya.

Ia menegaskan, pada prinsipnya lelaki dan wanita memiliki hak yang sama dalam mendapat kepuasan dan kenikmatan saat berhubungan seks. Kenikmatan dan kepuasan, lanjut Zoya, sebenarnya memiliki makna berbeza dalam konteks seks.

Kenikmatan atau pleasure biasanya lebih banyak berkaitan dengan hal-hal bersifat fizikal dan genital, seperti rangsangan pada bagian tubuh atau titik tertentu, serta posisi dan trik berhubungan. "Sedangkan kepuasan itu banyak berkait efek psikologi atau kepuasan-kepuasan pada diri seorang individu. Yang ertinya, sesuatu yang melebihi kenikmatan," ujarnya.

No comments:

Post a Comment